Deskripsi
Penulis:
Prof. Dr. Abdul Basit, M.Ag.
Prof. Madya Dr. Ahmed Abdul Malik
Atipa Muji, M.Kom.
Umi Haniati, M.A.
Kisah tentang seorang mualaf atau orang yang baru masuk Islam sangat dinamis dan dramatis. Pengalaman di Negara Barat, konversi ke Islam seringkali dipandang sebagai pengkhianatan terhadap budaya dan nilai-nilai keluarga. Mualaf bisa menghadapi penolakan, kemarahan, pengucilan, bahkan diusir dari rumah. Mereka dicurigai telah “tercuci otaknya” atau dianggap bergabung dengan kelompok ekstremis karena sentimen Islamofobia yang kuat.
Sementara, di Negara Non-Muslim Asia (misal: India, Filipina), konversi bisa memicu konflik komunal atau keluarga yang tajam karena identitas agama sangat terkait dengan identitas etnis dan keluarga besar. Selanjutnya, para mualaf kehilangan lingkaran sosial lama. Mualaf seringkali harus meninggalkan gaya hidup lamanya (misalnya, tidak lagi menghadiri pesta). Hal ini secara alami menyebabkan mereka menjauh dari lingkaran pertemanan yang lama, yang berujung pada perasaan terasing. Dalam hal berhubungan dengan komunitas muslim, meskipun telah menjadi Muslim, mualaf sering merasa seperti “orang luar” di dalam komunitas Muslim itu sendiri.
Dengan kondisi semacam itu, kehadiran organisasi mualaf sangat membantu para mualaf dalam menjalani keberagamaannya dan sekaligus sebagai “rumah yang nyaman” untuk berbagi, teman belajar, dan penguatan identitas mereka.
Berkaitan dengan kiprah organisasi mualaf di Asia Tenggara, dalam buku ini dijelaskan tiga organisasi mualaf, yakni Mualaf Center Indonesia (MCI), Pertubuhan Kebajikan Islam Malaysia (PERKIM), dan Muslim Converts Association of Singapore (MCAS) yang melakukan Gerakan dakwah bil-‘amal atau biasa disebut dengan dakwah bil-hal. Pola Gerakan dakwah mereka bersifat holistic dan dinamis dengan ragam metode, seperti keteladanan, pembangunan sarana dan institusi, pemberdayaan ekonomi, dan pemberian bantuan sosial.
Ukuran: 15,5 x 23 cm
Tebal: 148 halaman
ISBN: dalam proses


Ulasan
Belum ada ulasan.