HUTAN PEREMPUAN “Kearifan Lokal Orang Tobati-Enggros dalam Merawat Ekosistem Hutan Mangrove”, Penulis: Marlina Flassy, Simon Abdi K. Frank, Ilham, Usman Idris, M. Zaenul Muttaqin, Hironimus Darmawaan

Rp 54.000

Mangrove memiliki peran penting bagi keberlangsungan kehidupan disekitarnya. Hutan mangrove menjadi habitat beragam jenis satwa serta menawarkan nilai estetika yang dapat memanjakan mata. Selain itu, ekosistem mangrove memiliki manfaat sebagai pengendali bencana. Tak sebatas itu, bagi orang Tobati-Enggros hutan mangrove ibarat Ibu yang memberikan kehidupan. Keberadaan hutan mangrove telah menyatuh menjadi bagian yang tak terpisahkan dari adat mereka. Sebagai warisan leluhur hutan mangrove di kawasan Teluk Youtefa merupakan milik kaum perempuan yang harus dirawat dan dijaga dengan kearifan lokal secara turun-temurun agar tetap lestari. Hutan inipun dalam bahasa lokal disebut tonotwiyat [hutan perempuan].

Kategori: ,

Deskripsi

Mangrove memiliki peran penting bagi keberlangsungan kehidupan disekitarnya. Hutan mangrove menjadi habitat beragam jenis satwa serta menawarkan nilai estetika yang dapat memanjakan mata. Selain itu, ekosistem mangrove memiliki manfaat sebagai pengendali bencana. Tak sebatas itu, bagi orang Tobati-Enggros hutan mangrove ibarat Ibu yang memberikan kehidupan. Keberadaan hutan mangrove telah menyatuh menjadi bagian yang tak terpisahkan dari adat mereka. Sebagai warisan leluhur hutan mangrove di kawasan Teluk Youtefa merupakan milik kaum perempuan yang harus dirawat dan dijaga dengan kearifan lokal secara turun-temurun agar tetap lestari. Hutan inipun dalam bahasa lokal disebut tonotwiyat [hutan perempuan]. Tonot berarti hutan mangrove dan wiyat adalah ajakan, sehingga tonotwiyat dapat diartikan sebagai ajakan untuk masuk ke hutan mangrove. Pada Buku monograf ini kemudian mengulas mengenai Tonotwiyat : kisah hutan perempuan di Papua di tengah perkembangan zaman dan pembangunan yang kian pesat.
Mangrove memiliki peran penting bagi keberlangsungan kehidupan disekitarnya. Hutan mangrove menjadi habitat beragam jenis satwa serta menawarkan nilai estetika yang dapat memanjakan mata. Selain itu, ekosistem mangrove memiliki manfaat sebagai pengendali bencana. Tak sebatas itu, bagi orang Tobati-Enggros hutan mangrove ibarat Ibu yang memberikan kehidupan. Keberadaan hutan mangrove telah menyatuh menjadi bagian yang tak terpisahkan dari adat mereka. Sebagai warisan leluhur hutan mangrove di kawasan Teluk Youtefa merupakan milik kaum perempuan yang harus dirawat dan dijaga dengan kearifan lokal secara turun-temurun agar tetap lestari. Hutan inipun dalam bahasa lokal disebut tonotwiyat [hutan perempuan]. Tonot berarti hutan mangrove dan wiyat adalah ajakan, sehingga tonotwiyat dapat diartikan sebagai ajakan untuk masuk ke hutan mangrove. Pada Buku monograf ini kemudian mengulas mengenai Tonotwiyat : kisah hutan perempuan di Papua di tengah perkembangan zaman dan pembangunan yang kian pesat.

Informasi Tambahan

Dimensi 15,5 × 23 cm

Ulasan

Belum ada ulasan.

Jadilah yang pertama memberikan ulasan “HUTAN PEREMPUAN “Kearifan Lokal Orang Tobati-Enggros dalam Merawat Ekosistem Hutan Mangrove”, Penulis: Marlina Flassy, Simon Abdi K. Frank, Ilham, Usman Idris, M. Zaenul Muttaqin, Hironimus Darmawaan”

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Shopping cart

close