Deskripsi

Penulis:
Yulva Sania Lydia Putri, Eka Septia Ramanda, Atiq Iffatun Azki, Batrisya Kirana Najwa, Muna Cholid Basalamah, Umi Soleha, Dita Winarti, Firli Nuri Rakhmah, Muhammad Fathurrahman, Lian Anis Al Afadz

Buku ini merupakan sebuah karya kolaboratif yang menyajikan pendekatan multidisipliner dalam memahami Islam sebagai fenomena budaya, dengan menggunakan lensa antropologis Clifford Geertz. Melalui sepuluh penulis muda yang berasal dari latar belakang keilmuan keislaman dan sosial humaniora, buku ini menawarkan pembacaan baru yang mendalam terhadap relasi antara agama, budaya, dan masyarakat dalam konteks Indonesia, khususnya Jawa.
Bertolak dari gagasan Geertz bahwa agama bukanlah sekadar sistem kepercayaan yang bersifat normatif dan dogmatis, melainkan sistem simbol yang hidup dalam praktik sosial sehari-hari, buku ini mencoba menelaah bagaimana Islam berkembang, ditafsirkan, dan dijalani oleh masyarakat dalam ruang budaya yang kompleks. Melalui konsep-konsep seperti thick description, agama sebagai sistem simbol, dan tipologi santri–priyayi–abangan, Geertz membuka ruang interpretasi baru dalam melihat pluralitas keberagamaan di Indonesia.
Buku ini terbagi ke dalam sepuluh bab yang secara sistematis mengulas berbagai aspek pemikiran Geertz. Bab-bab awal membahas biografi intelektual Geertz serta kontribusinya dalam memperkenalkan pendekatan antropologi interpretatif. Bab-bab selanjutnya mengupas simbolisme dalam Islam, struktur sosial masyarakat Islam Jawa, serta interaksi Islam dengan budaya lokal seperti Kejawen. Kategori sosial santri, priyayi, dan abangan dijabarkan dengan rinci sebagai cerminan keragaman ekspresi keislaman di tanah Jawa.
Tidak hanya berhenti pada pembahasan teoritis, buku ini juga menyoroti dinamika Islam Nusantara, proses modernisasi Islam, serta tantangan kontemporer yang dihadapi masyarakat Muslim dalam dunia modern. Kritik terhadap pemikiran Geertz pun turut dihadirkan, menjadikan buku ini tidak hanya bersifat apologetik, tetapi juga reflektif dan kritis terhadap perkembangan studi Islam dari waktu ke waktu.
Melalui pendekatan naratif yang tetap berlandaskan pada referensi akademik yang dapat dipertanggungjawabkan, buku ini berhasil menjadi jembatan dialog antara pemikiran ilmuwan Barat dengan realitas keberagamaan lokal. Ia mengajak pembaca untuk melihat bahwa Islam bukan entitas yang tunggal dan statis, melainkan tumbuh dan berkembang seiring interaksinya dengan budaya, sejarah, dan masyarakat.
Dengan bahasa yang lugas namun tetap akademik, buku ini sangat layak dibaca oleh mahasiswa, dosen, peneliti, maupun pembaca umum yang memiliki ketertarikan pada kajian keislaman, antropologi, dan budaya. Di tengah arus pemahaman Islam yang kerap terjebak pada dikotomi normatif versus kultural, kehadiran buku ini menjadi tawaran segar yang membuka cakrawala berpikir yang lebih luas, toleran, dan ilmiah.